BUAT APA MENGELUH?

Selasa, 05 April 2011


“Orang yang mengeluhkan cara bola mematul kemungkinan besar adalah orang yang menjatuhkannya”
(Lou Hiltz)

Coba berapa banyak dari anda yang merasa bahwa anda sudah mendapatkan karunia Sang Pencipta sebagai pemberian selengkap-lengkap pemberian. Apakah anda sudah menyusukuri semua anugrah yang sudah Tuhan berikan. Coba anda periksa anggota tubuh anda; periksa indera anda, semua lengkap. Satu hal yang membuat anda tetap bertahan hingga saat ini─dengan keterbatasan ekonomi, dengan berbagai deraan ujian hidup. Satu hal itu bukan lain itu adalah bentuk dari rahmat-Nya? Jangan mengeluh. Tidak ada gunanya anda meratapi nasib anda. Yakin! Janganlah anda merasa kehidupan tidak pernah berpihak kepada anda. Jika anda merasa sebagai orang yang dizalimi, maka rasakanlah segala nikmat yang sudah Allah berikan kepada anda. Karena segala sesuatu yang ada miliki, segala sesuatu yang anda alami, tak sedikit pun lepas dari kontrol Sang Maha Tahu. 

Mental seorang pemenang adalah mental yang bisa bersyukur dalam kondisi apa pun.  Bersyukur dalam kondisi lapang, dan bersabar dalam kondisi sulit. Tidak ada kesempatan untuk mengeluh bagi pribadi “Sang Pemenang.”
Mengeluh secara bahasa berasal dari kata “Keluh” yang berarti (menurut kamus bahasa Indonesia) adalah; perasaan atau emosi sedih yang dikeluarkan dengan kata-kata; kesusahan yang diucapkan berkali-kali. Pada dasarnya keluhan adalah sesuatu yang bisa diatasi atau diperbaiki. Suatu hal yang dikeluhkan─apa pun itu─ dapat diubah dengan peran serta orang yang mengeluhkannya.


Anda mengeluhkan mengapa pendapatan anda kecil; Anda mengeluhkan mengapa tidak punya cukup waktu untuk bersama keluarga; Anda mengeluhkan mengapa atasan menyepelekan anda. Semuanya bisa anda atasi jika anda 100% bertanggungjawab terhadap kehidupan anda sendiri. Sebab, jika sesuatu hal tidak dapat diubah maka tidak akan ada satu pun orang yang mengeluhkannya. Seperti halnya gaya gravitasi, api yang besifat panas, air yang membasahi, dan lainnya. Anda mau protes mengapa ada gaya gravitasi, yang memungkinkan membuat anda terjatuh dari tangga, atau terjungkal saat mengendarai sepeda motor. Nggak kan! Anda juga mau protes mengapa api bersifat panas dan membakar. Api bisa saja membakar rumah anda, memberangus semua harta benda yang anda miliki. Bahkan wujudnya yang sekadar bara saja bisa menyundut anda hingga membuat anda kesakitan. Tapi anda tidak mungkin protes mengenai panasnya api. Tanpa mengeluhkan hal itu, atlet loncat tinggi dapat memanfaatkan gaya gravitasi untuk berprestasi, penerjun payung memanfaatkan gravitasi sebagai profesi. Ilmuwan telah memanfaatkan api untuk transportasi, anda juga bisa memanfaatkan api untuk menanak nasi. 

Berhentilah mengeluh. Mengeluh dengan orang  yang berkompeten pun belum tentu memberi solusi, apalagi dengan orang yang salah. Kebanyakan orang telah melakukan “dosa besar” yaitu mengeluhkan suatu permasalahan dengan orang yang tak berkepentingan. Seperti anda mengeluhkan masalah pekerjaan kepada istri anda di rumah, atau anda mengeluhkan kehidupan rumah tangga anda kepada orang lain di tempat kerja.

Mengapa bisa seperti itu? Mengeluh kepada orang lain yang tidak memiliki wewenang untuk memperbaiki membuat anda terhidar dari resiko. Coba bandingkan jika anda mengeluhkan kehidupan rumah tangga anda kepada pasangan anda dibandingkan mengeluhkan hal yang sama kepada teman anda; lebih aman mana anda mengeluhkan gaji yang tidak naik kepada atasan anda dibanding jika anda mengeluhkan semua itu kepada istri anda atau sahabat anda.

Sejatinya satu hal yang menjadi motivasi seseorang adalah “mendekati nikmat dan menjauhi sengsara.” Jika anda sekarang mengeluhkan mengapa UMR naiknya tidak signifikan sementara di luar sana harga melambung begitu bebasnya. Anda mengeluhkan mengenai bos anda yang tidak menghargai kerja anda padahal anda sudah bekerja dengan maksimal. Sadar atau tidak sadar, ketika anda mengeluhkan semua itu sebenarnya ada memiliki impian ideal tentang gaji anda, penghargaan orang lain─termasuk bos anda─ kepada diri anda. Bukan suatu yang mustahil jika anda bisa mendapatkan impian ideal anda tersebut. Ketika anda mengeluhkan kecilnya gaji anda sehingga untuk biaya hidup saja kembang kempis. Harapan yang idealnya anda dapatkan adalah gaji yang lebih besar sehingga anda memilki kehidupan yang lebih layak.  Jika anda megeluhkan atasan anda tidak respek dengan anda maka anda punya bayangan ideal bahwa seharusnya atasan anda menghargai anda, toh selama ini anda sudah bekerja dengan benar, mengikuti standar yang ditentukan oleh atasan anda. Perlu anda ketahui bahwa kedua hal tersebut─gaji besar dan atasan yang baik─ memang hak anda, dan ada bisa memperjuangkan semua itu. 


Maka ketika anda menginginkan hak anda, maka ada dua jalan yang bisa anda tempuh; pertama mengatakan keinginan anda pada orang yang tepat dalam hal ini atasan anda. Kedua jika anda tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu, atau sudah melakukan itu tetapi tidak mendapatkan respon yang positf berarti anda sedang diberi kesempatan untuk memperoleh  apa yang anda inginkan tetapi bukan di tempat anda berada sekarang. Sebab, jika anda terus kekeh mempertahankan semua itu di tempat anda sekarang maka yang anda hasilkan hanyalah keluhan yang berkepanjangan. Kekecewaan dan keluhan yang berkepanjangan membuat anda kehabisan energi. Bukan mustahil jika anda mempergunakan energi yang anda gunakan untuk mengeluh itu dengan benar anda sudah mendapatkan hal-hal yang selama ini anda impikan.

Untuk memperoleh hak anda maka anda harus memutuskan; masih tetap bertahan pada posisi semula walaupun menyakitkan. Pilihan ini cenderung tidak berisiko, kecuali melanggengkan penderitaan anda. Kedua adalah keluar dari pekerjaan anda sekarang. Di luar sana anda berhak mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar, anda berhak mendapatkan atasan yang baik hati. Jadi apa yang anda dapatkan hari ini adalah hasil dari keputusan yang anda pilih di masa lalu. Tetapi untuk memilih keputusan yang kedua terlalu berisiko; wah sayakan sudah punya tanggungan, saya sudah tidak muda lagi, saya tidak punya modal untuk memulai usaha dan lain sebagainya.  Memang ini berisiko. Bahkan anda akan dibilang konyol oleh teman-teman anda. Anda akan ditentang oleh keluarga anda, ”ngapain sih kamu keluar dari kerjaan, sekarang cari kerjaan itu sulit, sarjana saja banyak yang nganggur.”  Belum lagi risiko ketika anda menghadapi penolakan saat melamar kerjaan baru, atau bangkrut saat menjalankan usaha. Nah Lo! Itu risiko tetapi ini adalah awal dari perubahan, dan jika anda melakukan hal ini dengan konsisten dan penuh tanggungjawab maka lompatan besar akan terjadi dalam kehidupan anda. Memang berubah itu berisiko tetapi jauh lebih berisiko jika anda tidak berubah. Sukses!Ben Sholeh [Referensi: The Succes Principles by Jack Canfield]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Most Reading

Artikel Favorit